Teori pendidikan humanistik yang muncul pada tahun 1970-an bertolak dari tiga teori filsafat, yaitu: pragmatisme, progresivisme dan eksistensisalisme. Ide utama pragmatisme dalam pendidikan adalah memelihara keberlangsungan pengetahuan dengan aktivitas yang dengan sengaja mengubah lingkungan (Dewey, 1966).
Progresivisme menekankan kebebasan aktualisasi diri supaya kreatif sehingga menuntut lingkungan belajar yang demokratis dalam menentukan kebijakannya. Kalangan progresivis berjuang untuk mewujudkan pendidikan yang lebih bermakna bagi kelompok sosial. Progresivisme menekankan terpenuhi kebutuhan dan kepentingan anak. Anak harus aktif membangun pengalaman kehidupan. Belajar tidak hanya dari buku dan guru, tetapi juga dari pengalaman kehidupan. Pengaruh terakhir munculnya pendidikan humanistik adalah eksistensialisme yang pilar utamanya adalah invidualisme. Kaum eksistensialis memandang sistem pendidikan yang ada itu dinilai membahayakan karena tidak mengembangkan individualitas dan kreativitas.
Teori humanistik berasumsi bahwa teori belajar apapun baik dan dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu pemcapaian aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang belajar secara optimal (Assegaf, 2011). Penuturan Knight tentang humanistik ialah “Central to the humanistic movement in education has been a desire to create learning environment where children would be free from intense competition, harsh discipline, and the fear of filure”. Hal mendasar dalam pendidikan humanistik adalah keinginan untuk mewujudkan lingkungan belajar yang menjadikan peserta didik terbebas dari kompetisi yang hebat, kedisiplinan yang tinggi, dan ketakutan gagal. Freire mengatakan; “Tidak ada dimensi humanistik dalam penindasan, juga tidak ada proses humanisasi dalam liberalisme yang kaku” (Freire, 2002).
Prinsip-prinsip pendidikan humanistik:
1. Siswa
harus dapat memilih apa yang mereka ingin pelajari. Guru humanistik percaya
bahwa siswa akan termotivasi untuk mengkaji materi bahan ajar jika terkait
dengan kebutuhan dan keinginannya.
2. Tujuan
pendidikan harus mendorong keinginan siswa untuk belajar dan mengajar mereka
tentang cara belajar. Siswa harus termotivasi dan merangsang diri pribadi untuk
belajar sendiri.
3. Pendidik
humanistik percaya bahwa nilai tidak relevan dan hanya evaluasi belajar diri
yang bermakna.
4. Pendidik
humanistik percaya bahwa, baik perasaan maupun pengetahuan, sangat penting
dalam sebuah proses belajar dan tidak memisahkan domain kognitif dan afektif.
5. Pendidik
humanistik menekankan pentingnya siswa terhindar dari tekanan lingkungan,
sehingga mereka akan merasa aman untuk belajar.
Dengan merasa aman, akan lebih mudah dan bermakna proses belajar yang dilalui. Prinsip-prinsip belajar yaitu:
- Belajar dimulai dari suatu keseluruhan, kemudian baru menuju bagian-bagian.
- Keseluruhan memberi makna pada bagian-bagian.
- Belajar adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan.
- Belajar akan berhasil apabila tercapai kematangan untuk memperoleh pengertian.
- Belajar akan berhasil bila ada tujuan yang berarti individu.
- Dalam proses belajar itu, individu merupakan organisme yang aktif, bukan bejana yang harus diisi oleh orang lain
0 komentar